CANGKIR KOPI, SEPOTONG BIBIR, DAN KOTA DALAM KEPALA.
1.
Ada harum mewangi dari cangkir kopi pertamamu pagi
ini.
Lengkap dengan waktu yang mulai berlarian dalam
lingkar arloji
Sementara wajahmu selalu menyimpan lelah dalam candu
yang rajin kau takar
Bahwasanya cinta, adalah apa yang selalu tak pernah
bisa mereka dengar.
2.
Perempuanmu terdahulu mungkin saja mampu memberi hadiah
dengan berbagai macam yang ajaib, sayangku.
Namun aku, hanya menyilakanmu untuk tetap menyimpan
sepotong bibir kepunyaanku.
Agar suatu saat, ku lihat kau mengenakan itu dalam pesta
pernikahanmu.
3.
Kepada kau, pencipta kota dalam kepala.
Terima kasih karena membuat rumah disana sini.
Dengan konstruksi sakit hati dan sedikit perih.
Ku yakini ini hanyalah bias dari cinta yang
terlanjur jatuh.
Kepada dia, pembuat bola matamu bercahaya.
Terima kasih telah membuatkan bangunan kokoh yang
ternyata sangatlah kuat
Hingga seseorang, tak pernah mampu untuk bisa
bertahan dan keluar dari sekat
Tak peduli betapa lama aku menunggu dengan hati
beralaskan duri.
Kepadaku, pengharap dia yang tak pernah mampu ku
dekap.
Terima kasih telah membuatkan tempat sederhana
seperti gua.
Yang di dalamnya kelak akan ku isi dengan rentetan
pigura tentang dia.
Setidaknya sampai suatu saat, datanglah sedikit
pembersih untuk hati yang telah lama disambangi ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
0 komentar:
Posting Komentar