Untuk Seseorang Yang Sudah Pulang
Aku tidak tahu apa-apa, atau
maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat
mencintaiku itu. Semalam adalah pembicaraan yang ringan bersama sahabatmu, Masa
depan. Darisitu pula aku juga baru paham bahwa setiap orang memang punya
topengnya masing-masing. Ia bisa memilih watak yang mana yang akan ia perankan.
Pembicaraan kami ringan dan tidak memakan banyak amarah. Hanya aku saja yang cukup
terkesima ketika sahabatmu mulai bercerita tentang luka-luka yang berusaha kau
tutupi di depanku. Aku tidak tahu kalau kamu adalah orang yang sangat terluka
di dalam. Oke, baiklah. Aku tidak akan menjadikanmu pesakitan dalam cerita ini.
Aku mencintaimu dan akan selalu begitu.
Luka memang salah satu hal lain yang
bisa membunuh selain patah hati. Hal lain selain jatuh cinta. Hal lain selain
hujan yang ujungnya runcing-runcing. Kau harus mengerti, bahwa dalam tulisan
ini aku harus mengucapkan terima kasih yang sangat. Karena rela menabahkan diri
untukku yang kajili-jili. Karena
sudah bersedia memegang tangaku ketika aku lupa bahwa hidup harus dijalani
dengan perlahan. Karena sudah mau mengingatkanku untuk bernapas ketika aku
mulai sesak dan lupa caranya menghirup oksigen dengan baik. Kamu betul-betul
berharga. Kau tahu, aku semacam memiliki investasi masa depan haha, sudahlah.
Tulisan ini sudah mulai merambah ke mana-mana. Tapi sepeti itulah yang
kurasakan.
Aku mencintaimu, maksudku kembali
mencintaimu setelah setahun lalu telah menguburmu jauh dalam hati karena
berpikir kamu tidak akan pernah datang sebagai apapun. Tapi sesuai julukanmu,
masa depan. Tuhan mengirimkanmu di tempat yang tepat dan waktu yang sebenarnya
salah namun mampu kau benarkan dengan caramu sendiri. Aku tahu, kau melalui
jalan ini dengan sangat berbatu. Sesuatu terkadang datang dan membuatmu ingin
menyerah. Sosok orang yang dulu kusuka selalu kau jadikan sebagai pembanding
dirimu. Setiap saat kau selalu berkata padaku bahwa kau bukan siapa-siapa yang
siap bertanding dengan orang yang kusukai itu. Tapi semalam, aku yakin bahwa
kau adalah “siapa-siapa”.
Kita memiliki banyak sekali
perbedaan yang semakin ke sini semakin kau coba satukan. Kau adalah orang yang
sangat membenci hujan dan segala yang berbau basah dan semalam di tengah hujan
yang sedang lebat-lebatnya kau berkata karena telah mencintaiku kau akan
mencintai juga apa yang aku cintai. Aku meyakinkanmu bahwa itu adalah hal yang
tidak perlu kau lakukan. Menjadi kita
tidak harus menyatukan segala beda yang ada. Tapi bagaimana kita saling
mengingatkan satu sama lain bahwa hidup terlalu singkat jika hanya dilalui
seorang diri. Seseorang mulai menggema-gemakan suara bahwa kita tidak
sepantasnya bersama. Karena satu dan lain hal, aku menolak itu. Sebelumnya
kuakui sangat sulit menumbuhkan bunga yang sudah pernah mati dalam taman yang
ada bunga lain di dalamnya. Namun ternyata bunga itu begitu mandiri. Dia terus
berkembang meskipun aku hanya menyiram bunga yang satunya. Hingga suatu ketika
ia tumbuh besar dan kau tersenyum penuh kebahagiaan. Kau cukup bangga karena
sudah membuktikan bahwa kau bisa tumbuh meski tanpa air dariku.
Dalam tulisan ini, aku ingin
mengadakan sebuah pengakuan kecil-kecilan. Bahwa untuk semua yang sudah kau
korbankan dan sudah kita lewati, aku harus memberikanmu ucapan selamat karena
berhasil menghapus sosok lain dalam hatiku. Orang yang tidak mampu kuraih meski
dengan berbagai cara. Katamu, orang yang mencintaiku pada akhirnya akan menang
dari orang yang pernah kucintai. Terima kasih untuk semua limpahan kasih sayang
yang sudah kau berikan. Tetaplah begitu dan semoga kau mampu menghapus masa
lalumu satu-satu. Masalah klasik yang selalu menjadi sumber pertengkaran kita
setiap hari. Terima kasih karena sudah menghembuskan napasmu di sela-sela
jemariku yang kedinginan setiap saat. Terima kasih karena sudah mau kurepotkan
setiap harinya. Terima kasih karena tetap membuka pelukanmu ketika keanehanku
satu-satu mulai bermunculan. Terima kasih karena rela membawaku ke tempat ayam
lalapan yang sangat jauh demi melihatku makan dengan lahap. Maafkan aku karena
pernah tidak mempercayaimu dengan sepaket rasa yang selalu kau berikan tiap
harinya. Semoga sebentar lagi rumah yang
kau buat segera jadi ya.
Kini aku percaya, takdir Tuhan atas
kita memang luar biasa. *itt
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
1 komentar:
Dulu kubaca beberapa kali dan malam ini, setelah beberapa tahun kubaca kembali. Nafas panjang kuhela setelah ini, dulu itu menyenangkan yah. Masa Lalu.
Posting Komentar