Bilamana Hidup Hanyalah Soal Tertawa
Untuk beberapa
kesakitan pada bulan yang seharusnya indah ini, terima kasih. Kau mengajarkanku
cara tertawa yang renyah dengan segala apa yang tak pernah ku duga. Ada pula berbagai
macam puisi yang segera lunas kubayar tuntas dengan sekali menatap fotomu pada jingga
kemerahan dari atap milik tetanggaku.
Terkadang terpikir olehku bahwa hidup memang hanyalah
soal tertawa. Menertawakan apa saja hingga merasa bahwa diri sudah merasa puas
menutupi topeng yang sesekali mustinya kita lepas. Bagaimana perasaan senang
tiap kali mengendarai sepeda motor dari Petttarani menuju Tamalanrea. Hingga
aku meyakini. setiap pagi selalu punya ceritanya sendiri-sendiri. Menurutku kau
bahkan bisa mengingat warna sepatu yang orang-orang gunakan saat berhenti di
lampu merah. Setelah itu kau akan melihat berbagai macam muka garang yang
menunggu hingga detik hijau muncul agar ia segera melaju secepat abu.
Pagi yang ku lalui genap setahun di kota asing ini,
mengajarkanku banyak hal. Membuatku mengingat berbagai macam ekspresi wajah.
Memperdengarkanku berbagai suara klakson dari motor hingga mobil yang tanpa
lecet sama sekali. Pula melatihku sabar menunggu hingga kemacetan tersingkirkan
sedikit demi sedikit.
Setiba di kampus, ada banyak lelucon lagi yang bisa ku
jadikan alasan untuk mengawali hari dengan selalu tertawa. Membiasakan diri
hidup dengan perasaan senang. Meski harus susah mengganti peran setiap kali
ditanya orang apa rahasia terbaik hingga kerut tak pernah ada. Adalah bapak
penjaga parkiran yang selalu dengan rajin mengajakku berbicara ketika turun
dari motor. Ada saja bahan tertawaan ketika sedang melihatnya sendirian menjaga
ratusan motor hingga beberapa mobil. Menurutku dia baik hati sekali.
Kemudian menghabiskan hari dengan seseorang yang kau ajak
bergandengan bersama. Menikmati bekal di siang hari dan berceloteh tentang apa
saja yang aneh di minggu ini. Saling menyibukkan diri dan kajili jili dalam hal-hal tertentu yang selalu mengharuskan seperti
itu.
Hingga pada akhirnya, kita semua akan sadar. Bahwa untuk
membuat hati tertawa, cukup dengan memulai dan belajar membiasakannya. Sebab,
bilamana hidup hanyalah soal tertawa dan menertawakan, maka cinta dari segala
arah akan dengan tulus tercurah. Percayalah.
untuk Andi Mayang;
terima kasih dari segala lini.
tulisan ini buatmu,
sebaagai rasa syukur bertemu kamu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
0 komentar:
Posting Komentar