Diantara Terik dan Pekat

Berjalanlah, menapaki jalan jingga itu menuju ke sebuah danau air mata pilu yang berisi tangisan kesedihan semut semut merah yang lelah membawa makanan. Melewati sebuah jembatan tua yang telah rapuh dimakan usia yang menjadi saksi penindasan dan derita anak jalanan yang bernaung di bawahnya.

Berjalanlah diantara derasnya hujan diikuti awan kelam yang pekat pada saat sesosok bayangan hitam berlari mengejar dibalik tajamnya duri mawar merah yang tumbuh diantara ilalang dan mekar saat panasnya terik dan sinarnya menerpa.

Berlarilah, hingga ke telaga keruh yang lama terlupakan. Disana akan kau dapati sebuah lentera sunyi bergelantung dibawah sebuah pohon pinus nan rindang yang menghalau terik agar tak menembus masuk ke lentera sunyi itu. Sebab, jika lentera sunyi itu padam maka tak ada lagi teman berbagi si teratai malam yang setia di atas telaga itu dan lentera lah yang menemani setiap kesunyian gelap saat mereka berbincang tentang apa saja.

Tentang senja di atas telungkup angkasa yang menurunkan seberkas sinaran jingga

Tentang senja yang tetap setia berada di antara terik dan pekat

Tentang senja yang hampir terlupakan.








0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Entri Populer

Total Tayangan Halaman