Kenang-kenangan, Kenangan.
Kita terlihat sangat manis pagi ini.
Meski berlembar surat yang belum terkirim.
Beberapa
belum sempat dituliskan.
Sementara Tuhan, masih sibuk memilah.
Ada
banyak cerita dari setiap surat.
Tentang
senja. Tentang mendung. Tentang hubungan yang abu-abu.
Harusnya
disana terselip juga surat punyaku.
Telah
ku tuliskan pada selembar langit.
Lalu
ku serahkan kepada angin.
Tak
lupa berbisik, ini untuk Tuhan.
Kita masih sempat mengingat.
Masih sempat mengenang.
Setahun silam, di jembatan sebelah rumahku.
Kita sama-sama berfikir jauh.
Untuk masa depan yang tampak silau dari
sini.
Kenangan
masih sempat membuat kita saling mengenang.
Dari
satu masa yang lampau. Dari kita yang masih malu-malu.
Dan
inilah kita. Tersenyum manis dari dalam pigura.
Begitu
banyak suara, berbicara tentang banyak hal.
Sementara
di luar, air mata mulai berjatuhan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
0 komentar:
Posting Komentar