DUA HARI SEBELUM KEMERDEKAAN.
Kalender
rumah saya sudah menunjukkan tanggal 15 Agustus. Itu berarti dua hari lagi
kita, bangsa Indonesia untuk yang kesekian kalinya akan melaksanakan upacaran
bendera sebagai tanda bahwa negeri tercinta ini ternyata sudah merdeka. Untuk
yang kesekian kalinya pula. Lalu, mari bersama kita liat kembali keadaan negeri
ini. Untuk merdeka dari penjajah memang sudah kita dapatkan. Ratusan tahun yang
lalu. Dan sekarang. Negeri kita akhirnya kembali dijajah oleh beberapa
orang-orang berdasi di lingkungan elit. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan Koruptor.
Sebut saja pengertiannya sebagai orang-orang yang memakan uang rakyat, uang
negeri yang katanya sudah “merdeka”.
Terkadang
sebagai penonton, saya merasa muak menyaksikan berita di beberapa saluran TV
yang selalu saja membahas tentang korupsi, orang-orang yang melakukan korupsi,
tanpa membahas tuntas bagaimana cara mengatasi orang-orang semacam itu tanpa
melihat latar belakang mereka, baik sebagai ketua partai terkemuka, sanak
saudara presiden, atau apapun itu.
Pada
saat saya belajar di Sekolah Dasar 7 tahun
silam, guru Pendidikan Kewarganegaraan saya selalu mengatakan kalau
perbuatan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme adalah hal yang buruk, tidak boleh
dicontoh, dan kita sebagai masyarakat harus memeranginya. Sebut saja sebagai
Perang Kemerdekaan Jilid 2. Sampai saya lulus SMA, ternyata Perang Kemerdekaan
Jilid 2 belum selesai. Lantas, layakkah Negara kita mengatakan dirinya telah ‘Merdeka’?
Saya
mungkin bukan orang yang terlalu berjiwa nasionalis. Walau begiu, tentu saya
cinta dengan Negara ini. Tapi tidak dengan semua kelakuan amburadul dari aparat
pemerintahnya. Belum lepas di benak saya tentang korupsi, muncul permasalahan
baru yang disebabkan oleh korupsi itu sendiri, yakni kemiskinan. Ya,
permasalahan kompleks dan klasik yang harus dihadapi oleh Negara ini karena
kelakuan beberapa aparatnya yang ternyata memakan uang rakyat, uang yang
harusnya disalurkan demi kesejahteraan masyarakat. Pendidikan dan kesehatan
mungkin adalah hal yang terlalu mewah untuk mereka yang kurang mampu dari segi
perekonomian. Untuk sekali makan saja mereka harus memutar otak demi
mendapatkan makanan. Maka mereka yang miskin seolah diberi slogan “Orang miskin
dilarang sekolah” atau “Orang miskin tidak boleh sakit”. Miris.
Terkadang
saya ingin bertemu langsung dengan para koruptor dasi putih itu. Saya ingin
bertanya. “Apakah bapak tidak memiliki belas kasihan, memakan uang yang
harusnya milik orang-orang miskin di luar sana?” Haha, atau mungkin para koruptor
itu adalah orang bule. Keturunan Belanda atau Jepang. Kenapa? Karena mereka
sama-sama menjajah Indonesia. Hanya saja, para koruptor itu lebih sadis. Mereka
menjajah Negara mereka sendiri, tempat dimana mereka di lahirkan dan
dibesarkan, serta di didik dan tentunya bukan sebagai calon-calon koruptor dasi
putih seperti sekarang. Iya, para
koruptor itu juga penjajah. Penjajah negeri sendiri. Pemakan uang rakyat
sendiri. Rakyat yang sama-sama bernaung di bawah langit yang sama dengan
mereka. Rakyat yang sama-sama menghirup lapisan udara yang sama dengan mereka.
Bahkan rakyat yang berdiri di tanah yang sama dengan mereka!
Maka
dari itu sekaranglah tugas kita sebagai generasi penerus bangsa, yaitu dengan memperbaiki
tatanan Negara ini agar kembali pada jaman Soekarno. Dimana korupsi adalah hal yang menjijikkan bagi masyarakat. Sebab lambat laun para koruptor itu juga akan kehabisan masanya.
Disitulah peran kita untuk kembali ‘memerdekakan’ Negara. Merdeka yang
sebenar-benarnya. Semoga!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
0 komentar:
Posting Komentar