Teruntuk, Cintaku.
Aku
mencintaimu, terang bulan kuning.
Dalam
diam, sesungguhnya aku selalu berdenting manis di bawahmu.
Walau
sekelebat awan melipat, berusaha menutup.
Tapi
aku tetap saja selalu mencintaimu.
Karena
kau, Cintaku..
Kau
mungkin lupa bercerita pada matahari terbit tentang cinta yang ku kira selama
ini kita rapatkan. Kau mungkin bahkan lupa membisikkan sebaris kenangan kita di
masa muda dulu pada bulan yang tenggelam malu-malu. Nah, kalau kau mungkin lupa
semuanya, aku masih ingat.
Oh,
terang bulan kuning. Kita bahkan sama-sama tidak mengerti pada situasi. Tapi
harus ku akui, dia bahkan membuat kita menyatu. Kembali dalam pikiran bingung
dengan yang berhasil di lakukan situasi demi cinta yang sudah sedari tadi
meminta untuk dimasukkan dengan anggun pada jiwaku dan mungkin jiwamu,
entahlah. Sampai saat ini kau bahkan belum pernah mengatakan cinta itu padaku,
terang bulan kuning.
Namamu
panjang, aku bahkan lupa harus mengejanya darimana. Kata cinta, dia
menginginkan dimasukkan diantara kita dengan perantara situasi. Kau tau, betapa
merananya aku ketika harus mengemis cinta padamu dulu. Aku lupa cara mengemis
yang memalukan itu, tapi yang selalu ku ingat, wajahmu pun selalu saja memelas
jemu. Tapi cinta kembali berbisik padaku, “hey,
dia mencintaimu. Terang bulan kuning itu mencintaimu. Dia selalu mendekapmu
dalam gelap cahaya malam yang kelam. Percayalah, akan ku bawa diriku masuk ke
dalam hatinya. Jangan patahkan semangat yang setengah mati kau buat. Ayolah,
dia mencintaimu. Tugasku hanyalah harus memastikannya kembali dan akan ku buat
dia yakin” Kau tau, aku bergetar
mendengar bisik cinta. Segera ku perbaiki langkah, memantapkan niat agar kau
tau aku, dan aku yang sebenarnya sudah sangat tau siapa kau, akan membuatmu
yakin bahkan kau memang cintaku, dan akulah yang akan menjadi cintamu, nanti.
Pengharapan pertamaku seperti itu.
Kemudian
cinta mencoba masuk kepadamu. Melalui tubuh, aliranmu, bercampur dengan
cahayamu, dan berakhir pada hati yang selalu ku impikan itu. Cinta kemudian
mencoba membacanya, cinta mengelilingi hatimu, merabanya, lalu masuk ke
dalamnya. Setelah berjam jam memasuki hatimu, hati yang sepertinya berat sekali
untuk kau buka, akhirnya cinta kembali keluar. Peluhku sudah bercucuran, aku
rapal do’a sebaik-baiknya do’a agar cinta dapat membantuku. Situasi yang dari
tadi menunggu gilirannya akhirnya mulai jenuh. Tidak lama, cinta datang “sudah saatnya dia menerima hatimu, kalian
akan bersatu. Aku makhluk-Nya yang selalu di puja sesamamu, akan membantu
sebisa yang ku bisa. Kau tau bukan, aku pasti akan merasa bangga, dan akan ku
ceritakan ini pada sayang dan suka. Mereka pasti akan menyertaiku berbahagia”
Aku
mengangguk, dalam hatiku membuncah sejuta kata bahagia. Kau, cintaku yang
selama ini ku cintai akan segera mencintaiku. Aku tidak pernah memimpikan ini
sebelumnya. Cinta begitu baik padaku. Aku akan membalasnya, dengan cara apapun. Saatnya situasi memanggil cinta untuk
bersama menyatukanku denganmu, terang bulan kuning. Akhirnya saat ini datang
juga. Aku tidak sabar. Setiap hari yang ku tanyai menyuruhku untuk selalu
tenang. Oh, Tuhan. Sebentar lagi.
Akhirnya
hari itu datang juga. Malam yang dingin, suara bising kendaraan yang di
depannya ditempelkan kunang kunang kuning. Mataku sembap oleh bahagia yang tak
terkira. Kita bertemu. Kau dingin, selalu saja begitu. Tapi saat di bawahmu,
aku merasa hangat sekali. Kau selalu tau cara memelukku dengan cahaya kuningmu,
pelukanmu tetap sama. Itu yang membuatku jatuh cinta pada setiap pelukanmu,
setiap sinarmu, setiap genggamanmu. Aku bisa merasakannya. Aku mencintaimu.
Semuanya. Sinar, Tubuh, Pelukan. Ah, kau selalu tau itu bukan. Tapi sayang,
saat ini kau sudah melupakannya.
Aku
berucap salam, kau diam. Tetap saja memeluk. Aku memegang, kau dingin. Tetap
saja memeluk. Aku menengadah, kau masih saja memeluk. Hanya kali ini lebih hangat di bagian wajahku. Aku duduk di
depanmu. Kau masih saja memeluk. Aku bersandar, aku menangis, aku menguatkanmu,
aku menyakinkanmu bahwa yang di dalam fikiranku pun hanyalah menjadi kekasihmu,
Terang bulan kuning. Tapi kau selalu diam, hanya memeluk lebih hangat, erat,
dan sangat bahagia di pelukanmu. Tapi kau selalu saja dingin, walaupun
pelukanmu selalu saja hangat.
Lalu
aku tertidur dengan bersandar padamu. Kau membangunkanku, dan kau berkata “Cinta itu lebih mencintaimu. Tidakkah kau
sadar akan hal itu? Cinta rela melakukan apapun untukmu,. Termasuk masuk ke
dalam hatiku untuk melihat rasaku. Tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.
Aku bisa pastikan itu. Karena sebenarnya, aku memang tidak pernah punya rasa,
dan tidak akan. Kau tau itu kan. Tugasku hanyalah memelukmu dengan hangat.
Sehangat apa yang ku bisa. Lalu sekarang, sadarkanlah hatimu. Kau selama ini
mencintai cinta yang selalu rela melakukan apapun untukmu. Ayolah, buka hatimu.
Sebenarnya bukan aku yang kau cintai. Situasi pun tau itu. Situasi menghargai
cinta yang sangat cinta padamu, makanya dia hanya diam, dan menunggu dirinya
untuk berperan lagi. Sadarlah”
Aku
terbangun, tertegun sejenak. Aku diam. Aku bingung harus berkata apa, ini semua
membuat isi otakku berkejar-kejaran. Oh, Cinta. Benarkah itu? Cinta akhirnya
datang. Dia ceria sekali. Lalu berkata “sebentar
lagi kau akan memilikinya. Aku bisa pastikan itu. Tunggu sebentar” Tapi aku menahan cinta untuk tetap berada
disampingku, berada dibawah terang kuning bulan. Lalu ku bisikkan “Maafkan aku cinta, tetaplah disini. Aku
mencintaimu. Untuk semua yang kau lakukan, untuk semua yang kau berikan,
tetaplah disampingku, dibawah terang bulan kuning. Karena dia selalu berbahagia
saat bisa memeluk kita dengan hangat”
Pepabri, 22.00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Entri Populer
-
Apa yang kalian rasakan ketika jatuh cinta pada orang yang tak akan pernah tahu kalau ia sedang dijatuhcintai? Sakit? Pedih? Mungkin seperti...
-
Selamat pagi, Mei. Semoga hadirmu kian mempertegas banyak hubungan di luar sana. Termasuk yang satu ini. ...
-
Selamat memasuki bulan kemarau! Aku harus menuliskan itu sebagai pengingat bahwa saat ini memang sedang musim k...
-
Aku tidak tahu apa-apa, atau maksudku aku hampir tidak tahu apa-apa tentang orang yang mengaku sangat mencintaiku itu. Semalam ada...
-
Lama sekali rasanya baru bisa kembali menulis di sini. Kalau blog ini adalah rumah, dia pasti sudah berjaring laba-laba dan berbau debu....
-
Makassar; abu-abu bulat putih. 8 Februari 2015. Untuk kakak yang berurusan dengan kapal tapi mencintai sastra. Selamat pagi dari hello 64...
-
Berbicara tentang Sengkang, berbicara tentang rumah tempat pulang. Ada begitu banyak tempat untuk singgah setelah melalui ban...
-
Belajar dari kepergian yang kemarin, semoga tuan muda dalam tulisan ini berkenan untuk tetap tinggal. Bersamaku. Apapun yang terjadi. Sel...
0 komentar:
Posting Komentar